Perihal Babak Kedua Jalur Pembangunan MRT Di Jakarta
Perusahaan transportasi punya kota PT MRT Jakarta satu kali lagi harus perpanjang batasan waktu untuk tender penyuplai mekanisme kereta api dan tugas rel untuk babak 2 lajur MRT di Jakarta, karena enggak ada perusahaan konstruksi Jepang yang ajukan proposal.
Pembangunan tahapan 2 sebesar Rp 22,5 triliun itu didanai oleh Japan International Cooperation Agen (JICA). Berdasar pola itu, cuman perusahaan Jepang yang penuhi persyaratan untuk mendaftarkan sebagai kontraktor khusus untuk tiap paket tahapan konstruksi.
Direktur Konstruksi MRT Jakarta Silvia Halim belakangan ini menjelaskan perusahaan belum terima proposal dari calon penawar sampai batasan waktu 26 Oktober. Perusahaan selanjutnya memilih untuk perpanjang tenggat waktu sepanjang dua minggu kembali sampai Senin depan. Ini sebagai ekstensi ke-5 semenjak tender pertama dibuka pada 16 Juni kemarin.
“Kami cuman dapat perpanjang optimal dua minggu karena ekstensi yang semakin lama bakal menyebabkan ketidakjelasan agenda project,” kata Silvia ke reporter saat interviu virtual minggu kemarin. Pembangunan lajur sejauh 6,3 km pada babak 2 project MRT Ibu Kota ini dibagi jadi beberapa paket kontrak, salah satunya pembangunan terowong sejauh 2,8 km dari Bundaran HI sampai stasiun MRT Monas di Jakarta Pusat yang berjalan, dipanggil CP201.
Paket ke-2 – CP202 – bakal diperpanjang dari stasiun Serasi sampai Mangga Fantastis, sedang CP203 lengkapi jalur dari Glodok sampai penghentian paling akhir, Kota. Paket konstruksi yang lain bakal dijajakan diantaranya mekanisme perkeretaapian dan tugas rel (CP205) dan penyediaan kendaraan perkeretaapian yang dikenal juga dengan rolling stok (CP206).
Batas yang hadapi peluang penangguhan karena minimnya proposal kontraktor ialah terowong yang menyambungkan Serasi dan Mangga Fantastis, yang mempunyai potensi tunda operasi babak 2 sampai Agustus 2027.
Tahapan 2 awalannya diharap bakal diawali di akhir 2024. “Semakin banyak penangguhan dapat tingkatkan ongkos project secara berarti,” kata Silvia. Kamu mengutamakan jika penangguhan sampai 2027 ialah maksimal yang dibolehkan berdasar kesepakatan utang dengan JICA.
Hadapi komplikasi tehnis sisi bawah tanah, khususnya sepanjang pandemi COVID-19 yang berkelanjutan, membuat penawar prospektif ragu untuk turut serta, kata presiden direktur MRT Jakarta William Sabandar, menulis jika perusahaan Jepang “terlampau konvensional dan tidak siap untuk ambil resiko”.
Untuk percepat proses tender yang macet untuk mekanisme perkeretaapian dan tugas rel, diskusi tingkat tinggi sedang berjalan di antara ke-2 pemerintahan, kata Silvia.
Bila perusahaan Jepang tidak berhasil penuhi tenggat waktu penawaran yang diperpanjang, apabila ketidakjelasan atas project bersambung, perusahaan bakal buka pintunya untuk keterkaitan kontraktor non-Jepang, dengan Silvia menjelaskan jika dalam skenario terjelek, utang lain bisa diberi. usaha untuk gantikan penataan Jepang. Beberapa perusahaan internasional dari China, Korea Selatan dan Inggris sudah mengatakan ketertarikannya, ucapnya. MRT Jakarta tidak cuma project komersil tapi lambang kerja-sama ke-2 negara.